Let's find out!!!

Rabu, 02 Desember 2009

negara wayang :(

kemaren malem gak sengaja liat secret operation di metro TV yg lagi bahas soal Namru 2 di Indonesia. sebelumnya aku bener-bner gak tau apa itu Namru 2 dan hubungannya dengan Indonesia. habis liat smpe hbis, ternyata kita mndapati fakta yang cukup pait. berikut kutipan dari beberapa sumber.

 

 Merc-C: Terpilihnya Endang Rahayu Kemenangan Namru

Metro Sore / Polkam / Jumat, 23 Oktober 2009 14:47 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Terpilihnya Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu jilid UU masih menimbulkan kontroversi. Salah satu lembaga yang menentang kepemimpinan Endang Rahayu Sedyaningsih adalah Mer-C.

Menurut Presidium Mer-C Yosrizal Jurnalis, Endang Rahayu yang berpihak pada Namru-2 (The US Naval Medical Research Unit Two) dapat membahayakan kesehatan masyarakat Indonesia. Alasannya, karena Namru adalah salah satu lembaga riset yang perlu diwasapadai. Sebab, beberapa spesimen atau virus dari negara Indonesia dapat keluar masuk tanpa sepengetahuan badan berwenang negera Indonesia.

Mer-C menambahkan bahwa pengangkatan Endang sebagai Menteri Kesehatan sebagai kemenangan Namru. Presiden Yudhoyono, kata Jurnalis, harus menyadari ini bukan persolan ekonomi saja, namun juga merupakan bagian harkat dan martabat negara Indonesia.(DOR)

Apa sih Namru itu?
1853
Kongres Amerika menyetujui pembangunan Naval Medical Research Unit di Brooklyn,
New York .


1968
Menteri Kesehatan Dr G.A. Siwabessy meminta Amerika membantu Indonesia mengatasi
campak dan malaria.


16 Januari 1970
Namru-2 resmi berdiri di Indonesia, ditandai dengan penandatanganan perjanjian
oleh Siwabessy dan Francis Galbraith, Duta Besar Amerika di Jakarta. Tidak ada
batas waktu, tapi di situ disebutkan sebelum 10 tahun pembatalan harus
disepakati dua negara. Adapun pembatalan setelahnya bisa dilakukan sepihak. (berdasarkan perjanjian kerjasama akan berakhir pada tahun 2000)


9 November 1998
Menteri Pertahanan/Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Jenderal
Wiranto mengirim surat ke Menteri Kesehatan dan Menteri Luar Negeri. Isinya,
penilaian bahwa Namru tak bermanfaat sehingga kerja sama perlu diakhiri.


19 Oktober 1999
Menteri Luar Negeri Ali Alatas mengirim surat ke Presiden B.J. Habibie, meminta
perjanjian Namru ditinjau ulang.


28 Januari 2000
Indonesia menghentikan sepihak program Namru-2 melalui surat yang dikirim
Menteri Luar Negeri Alwi Shihab. Tapi pemerintah menyatakan bersedia berunding
untuk memperoleh kerja sama saling menguntungkan. Pada hari yang sama, Kedutaan
Amerika menjawab siap berunding.


25 Agustus 2004
Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mengirim surat ke Menteri Koordinator
Politik dan Keamanan, Menteri Pertahanan, serta Menteri Kesehatan. Isinya,
rekomendasi penutupan Namru segera setelah proyek yang sedang berjalan selesai.


November 2004
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menutup Namru, tapi langsung dibuka
kembali atas perintah Presiden.


7 November 2006
Rapat koordinasi menteri bidang politik dan keamanan membahas rencana kedatangan
Presiden Amerika George W. Bush dan Namru.


20 November 2006
Bush bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Bogor. Dalam
pernyataan bersama kedua kepala negara, Namru termasuk yang ditekankan.


9-10 Januari 2007
Delegasi Indonesia dipimpin Harry Purwanto, Direktur Amerika Utara dan Tengah,
dan delegasi Amerika bertemu di Jakarta. Beberapa klausul menjadi perdebatan,
dan hingga kini belum disepakati.


November 2007
Indonesia memberikan draf akhir ke Washington, dengan memasukkan klausul-klausul
yang tetap tidak disetujui Amerika.


1 April 2008
Menteri Kesehatan Amerika Michael O. Leavitt berkunjung ke Indonesia dan
membahas perpanjangan Namru-2.


18 April 2008
Departemen Kesehatan melarang pengiriman sampel ke Namru-2 hingga ditandatangani
perjanjian baru. (tapi nyatanya?)

http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/message/79648

 menkes baru dan namru
Selain itu masih adalagi nama menteri yang dekat dengan AS, yaitu Endang Rahayu Sedyaningsih. Wanita lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1979, dan memperoleh gelar master dan dokter dari Harvard School of Public Health, Boston, masing-masing tahun 1992 dan 1997 ini secara mendadak menggantikan calon sebelumnya yaitu Nila A Moeloek. Endang Rahayu Sedyaningsih ini tidak pernah muncul sejak proses wawancara dilakukan Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono di Puri Cikeas, Bogor. Ia juga tidak tampak hadir di RSPAD Gatot Subroto untuk melakukan pemeriksaan kesehatan yang disyaratkan dalam proses seleksi menteri tersebut (www.kompas.com). Ternyata Endang Rahayu Sedyaningsih ini merupakan orang terdekat dengan Namru-2 sebuah laboratorium peneliti milik angkatan laut AS. Endang Rahayu yang pernah membawa virus ke luar negeri ini secara jelas-jelas akan melanjutkan kerja samanya dengan Namru-2. Sebelumnya Siti Fadilah Supari mempermasalahkan kerja sama dengan Namru-2. Bahkan para peneliti di Namru-2 memiliki kekebalan hukum, yang ini sesungguhnya hanya bisa dimiliki oleh seorang Duta Besar saja. http://www.cybermq.com/forum/isi/3/24/4887

 Opini: Riset atau Spionase?
Banyak hal membuat kegiatan laboratorium Namru-2 di Jakarta kerap mengundang kecurigaan. Yang utama adalah statusnya sebagai bagian dari organisasi Angkatan Laut Amerika Serikat. Setelah itu, aktivitas para anggotanya yang rajin memburu virus penyakit ke seluruh pelosok Indonesia, termasuk daerah rawan dan terpencil. Ditambah lagi, personel militer AS yang bertugas ternyata memiliki paspor diplomat dan kadang mengirim atau menerima paket berisi virus dari dan ke berbagai kawasan dunia melalui jalur pos diplomatik. Laboratorium ini juga terkesan tertutup dan dijaga ketat. Walhasil, tak diperlukan daya imajinasi terlalu aktif bagi warga Indonesia untuk mencurigai lembaga ini sebagai bagian dari jaringan spionase Amerika Serikat di bidang senjata biologis.

Kecurigaan ini terbukti selalu muncul setiap kali terjadi perubahan pemerintahan atau pergantian pejabat tinggi di bidang keamanan atau kesehatan. Uniknya, kehebohan yang biasanya dimulai dengan perintah atau surat seorang pejabat baru untuk mengkaji ulang atau menutup Namru-2 selalu berujung pada kesenyapan. Kegiatan rutin institusi yang bekerja sama dengan badan penelitian dan pengembangan Departemen Kesehatan ini pun terus berlangsung, bahkan hingga kini.

Apa yang terjadi? Rupanya, setiap kali pengkajian dilakukan, termasuk yang baru saja dilakukan awak majalah ini, akhirnya disimpulkan bahwa berbagai kecurigaan itu ternyata berlebihan. Kendati berada di bawah Dinas Angkatan Laut Amerika Serikat, kegiatan utama Namru-2 adalah di bidang penelitian ilmu kesehatan. Personelnya pun hampir 90 persen warga Indonesia. Hasil penelitian mereka juga dilaporkan secara terbuka di jurnal ilmiah di bidang kedokteran.

Bahwa mereka pernah mengumpulkan sampel darah anggota TNI atau mengirim dan menerima virus, ternyata hal itu atas permintaan pihak berwenang nasional. Bahkan kehadiran Namru-2 pun karena permintaan Menteri Kesehatan Indonesia, yang meminta bantuan pemerintah Amerika Serikat mengatasi mewabahnya penyakit campak dan malaria, empat puluh tahun silam. Hasil kerja lembaga ini pun rupanya dikenal luas di dunia medis internasional. Buktinya, Organisasi Kesehatan Dunia, lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengakui Namru-2 sebagai referensi dalam memantau perkembangan virus penyakit menular seperti malaria dan flu burung.

Kinclongnya citra Namru-2 di kalangan medis internasional ini, sayangnya, tak
selalu selaras dengan kepentingan nasional. Itu sebabnya kehadiran laboratorium ini di Indonesia memang perlu dikaji secara berkala. Kehadiran personel kesehatan dari Dinas Angkatan Laut Amerika mungkin bukan masalah pada saat Perang Dingin masih berlangsung dan kemampuan Organisasi Kesehatan Dunia belum memadai, empat dekade silam. Kini, ketika Perang Dingin telah usai dan kerja sama multilateral terus berkembang, fungsi Namru-2 mungkin lebih tepat diambil alih oleh lembaga yang mempunyai kemampuan sedikitnya sama di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Pengambilalihan fungsi ini, jika dilakukan, tentu harus secara elegan. Pemerintah Indonesia dan Amerika perlu duduk bersama untuk menemukan cara yang paling optimal dalam mengembangkan kerja sama bilateral ini menjadi multilateral di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Di antaranya adalah dalam mencari solusi agar negara berkembang memiliki akses untuk mendapatkan vaksin pencegah wabah penyakit dengan harga yang terjangkau.

Ini soal penting karena cukup sering terjadi perusahaan farmasi dari negara maju mengambil manfaat dari hasil riset lembaga internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia atau Namru-2 untuk membuat vaksin yang harganya tak terjangkau negara miskin. Padahal, penelitian yang menjadi sumber vaksin itu dilakukan di negara berkembang. Sungguh ironis, misalnya, jika rakyat Indonesia tak mampu membeli obat penangkal flu burung padahal vaksin itu dikembangkan dari virus yang berasal dari Indonesia.

Ironi ini dapat dicegah jika kesepakatan baru di antara lembaga riset dan industri farmasi internasional dapat disusun. Formula yang diterapkan sepatutnya mengacu pada kesepakatan bagi hasil kekayaan laut dalam perjanjian hukum laut internasional. Yaitu kekayaan bumi di wilayah internasional dibagi rata antara perusahaan yang menemukan serta mengelolanya dan lembaga yang mewakili kepentingan penduduk dunia.

Alternatif lain adalah meniru apa yang dilakukan Microsoft di Indonesia. Perusahaan teknologi informasi terbesar di dunia ini menjual produk versi bahasa Indonesianya dengan harga jauh lebih murah ketimbang versi asli. Ini membuat jauh lebih banyak rakyat Indonesia yang mampu mengakses program buatan Microsoft tanpa merugikan perusahaan Amerika itu. Soalnya, mayoritas pemakai produk berbahasa Indonesia tak mampu membeli versi asli, dan produk ini tak diperkenankan dijual di luar Indonesia. Semangat mencari solusi cerdas seperti inilah yang kini seharusnya menjadi landasan dalam mengkaji ulang kehadiran Namru-2 di Indonesia. Bila ini dilakukan, berbagai kecurigaan dan teori konspirasi yang meracuni hu-bungan antara Indonesia dan Amerika Serikat dalam kasus Namru-2 akan hilang. Sebagai penggantinya adalah persahabatan yang tulus dan saling menguntungkan. http://chaerulazzam.multiply.com/journal/item/3



yah, sangat mengecewakan. memang pada awalnya bermnfaat untuk kepintingan riset di Indonesia kala itu, namun bukankah perjanjian harus sudah berakhir pada tahun 2000? kita "merdeka", namun msih ada pangkalan AL milik negara adidaya amerika yang "nge-tem" di teluk Jakarta. bahkan pemimpin kita gak berani bertindak tegas untuk menjaga kedaulatan bangsa sendiri, padahal banyak petinggi laen yang menginginkan pemberhentian kerja sama dengan Namru. 


atau beliau memang bersekutu? 
apakah keuntungan yang akan beliau dan para antek2nya dapat sebanding dengan mmpertruhkan kedaulatan negara?
setega itukah mengkhianti negaranya dan rakyat yang telah memilihnya? 



2 komentar: